Startup dapat menjadi solusi alternatif dalam menyelesaikan banyak permasalahan pertanian di Indonesia. Tidak hanya menjadi bentuk dukungan untuk Revolusi Industri 4.0 yang serba digital dan otomatis, keberadaan startup pertanian juga diharapkan mampu menghilangkan tradisi yang merugikan petani, seperti tengkulak dan pengepul.
Berdasarkan informasi Badan Pusat Statistik atau BPS (bps.go.id), pertanian merupakan salah satu sektor yang terus tumbuh. Misalnya, selama 2019-2020 tumbuh 14%. Ekspor pertanian juga tumbuh 14,03% pada 2019-2020, dengan subsektor tanaman pangan sebagai yang terbesar. Lalu, bagaimana perkembangan startup di sektor ini?
1. Ada 42 startups agritech per Mei 2020. Startup ini bergerak di bisnis e-commerce atau jual beli produk pertanian secara online yang selama pandemi Covid-19 bisnisnya terus meningkat (id.techinasia.com).
2. Sulit mendapatkan pengguna. Kesulitan menarik petani sebagai basis pengguna layanan merupakan kendala utama. Berbeda dengan masyarakat perkotaan atau pedagang yang hampir selalu bersentuhan dengan teknologi, merekrut petani membutuhkan strategi khusus agar mereka mau aktif menggunakan produk atau jasa dari startup terkait.
3. Sulit mengumpulkan dana. Saat ini tidak banyak perusahaan modal ventura yang menggunakan agritech. Salah satu alasannya karena sektor ini membutuhkan komitmen jangka panjang. Berdasarkan data Tech in Asia, sejauh ini belum banyak startup pertanian yang mampu melanjutkan fase pertumbuhan ke jenjang yang lebih tinggi (id.techinasia.com)
Di saat yang sama, minat generasi muda untuk bekerja di sektor pertanian semakin menurun. Apabila sektor pertanian tidak berkembang, sektor ini berpotensi tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan pangan nasional di masa mendatang. Itulah masalah di sektor pertanian. Selain itu masih ada sejumlah tantangan yang dihadapi oleh sektor pertanian ke depan. Di antaranya:
• Pembangunan infrastruktur dasar yang belum merata, seperti jaringan irigasi dan ketersediaan air, listrik, akses internet, dan transportasi di daerah dan pulau-pulau terpencil,
• Fluktuasi harga. Pemerintah dan startup dapat bekerja sama dalam mengembangkan solusi berbasis data yang dapat digunakan untuk mengendalikan fluktuasi harga pangan di pasar, dengan menyesuaikan permintaan-penawaran dan musim tanam.
• Diperlukan penelitian dan pengembangan untuk membantu penyediaan benih unggul bagi petani, termasuk mengembangkan perangkat yang mampu mendiagnosis potensi serangan hama tanaman (dailysocial.id).