Tahukah Anda bahwa AirAsia sudah meluncurkan aplikasi supernya pada Oktober tahun lalu. Apa itu? Mereka menyediakan makanan untuk diantar ke hotel? Kabar mengejutkan lainnya, maskapai ini juga ingin menjajaki layanan ojek online dan ojek di Malaysia!
Pendiri dan CEO AirAsia Tan Sri Tony Fernandes mengatakan bahwa layanan akan tersedia setelah pandemi Covid-19 berakhir. “Kami akan segera meluncurkan layanan ride-hailing di Malaysia,” katanya seperti dikutip dari e27.co, akhir Maret 2021. AirAsia juga ingin menjadi one-stop-shop portal untuk memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat. Mulai dari layanan penerbangan, tempat menginap, belanja, hingga chatting dalam satu aplikasi (id.echinasia.com).
Layanan berbagi tumpangan pertama kali disediakan oleh Gojek dan Grab di Asia Tenggara. Meski begitu, Fernandes tak pernah merasa ketinggalan. Padahal, pasar AirAsia sebetulnya sudah mapan.
Grab telah hadir di Malaysia sejak tahun 2012 dengan nama GrabTaxi. Perusahaan kemudian memindahkan kantor pusatnya ke Singapura pada 2014. Tahun lalu, decacorn ini menjajal layanan ojek online di negara tetangga. Di Malaysia, startup lokal Dego Ride juga pernah mencoba layanan ojek online. Pesaing lainnya adalah MyCar, EzCab, Dacsee, Riding Pink, dan MULA (katadata.co.id). Sebelum menjelajahi ride-hailing, AirAsia terlebih dahulu meluncurkan layanan pengiriman makanan di Singapura. Ini adalah percontohan untuk layanan pengiriman makanan dengan menggunakan drone.
AirAsia juga berencana mengembangkan produk lain, yakni logistik yang mendukung pengiriman barang e-commerce. AirAsia akan mengandalkan perusahaan kargo Teleport Indonesia untuk memasuki pasar logistik. Maskapai tersebut juga mengungkapkan rencananya untuk memasuki pasar pengiriman produk segar di Singapura. Dengan layanan ini, pengguna bisa memesan ikan impor dari Jepang atau Korea Selatan, dan langsung diantar ke pemesan dalam waktu 48 jam.
AirAsia juga ingin menyediakan layanan kesehatan berbasis platform digital. AirAsia akan bersaing dengan Gojek dan Grab yang menghadirkan produk serupa melalui GoMed dan GrabHealth.
Upaya Air Asia meluncurkan berbagai layanan digital dilakukan agar bisa bersaing dengan Grab dan Gojek dalam mengembangkan superapps. Namun, menurut laporan TheEdgeMarkets.com, perseroan mengalami rugi bersih senilai US$5 miliar pada kuartal ke-4 tahun 2020. Apakah ini akan mengganggu rencana ekspansi digital AirAsia? Kita belum tahu.