Categories
Startup Advice

Case Study: IDEMES Alat Penakar Kadar Gula

Bisnis kami adalah produk kesehatan berupa alat penakar gula pasir otomatis yang terintegrasi dengan smartphone yang bernama IDEMES.

Saya Halida Ulfah CEO dari IDEMES adalah Mahasiswa Universitas Islam Indonesia JurusanTeknik Industri Angkatan 2017. Awal mulanya saya tidak berfikir akan menjadi seorangpengusaha/wirausaha dalam produk ini dikarenakan ide ini muncul ketika saya dan dua orang teman saya hanya berminat mengikuti perlombaan inovasi teknologi (LEVITASI) tahun 2018 yang diadakan oleh Fakultas kami. Namun, pada tahun 2019 kami berkesempatan diliput oleh berbagai media dan disiarkan di salah satu stasiun televisi nasional untuk menjelaskan IDEMES kepada publik. Dari sinilah IDEMES mulai dikenal oleh orang luar dan pada tahun 2020 kami diundang untuk menjadi narasumber di program Laptop Si Unyil Trans 7. Semakin dikenalnya IDEMES maka disinilah kami bercita-cita untuk memproduksi dan menjual produk IDEMES agar manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh Masyarakat Indonesia, oleh sebab itu sebelum melakukan produksi dan penjualan, kami melakukan riset lebih lanjut mengenai IDEMES dengan mengikuti program inkubasi yang ada di Universitas Islam Indonesia yang bernama UBIC 6.0 dibawah naungan IBISMA.

Sebelum masuk ke program inkubasi UBIC 6.0 IBISMA, kami sudah mendapatkan hibah pendanaan pada lomba LEVITASI dikarenakan kami masuk Top 5.

Pada saat kami menjadi tenant UBIC 6.0 IBISMA banyak sekali manfaat yang kami dapatkan khususnya dalam hal pendampingan bisnis, pendampingan funding dan keikut sertaan dalam program triparty hackathon P2A.

Dampak terbesar yang dirasakan setelah mengikuti program inkubasi ini adalah kami bisaredesign ulang prototype kami yang mana masih terdapat kendala dalam hal keakuratansensor kadar gula darahnya, melakukan pengujian terkait etik kedokteran produk kesehatan serta redesign aplikasi yang lebih friendly.

Inovasi dari IDEMES ini yaitu alat dapat mengontrol asupan gula pasir harian yang telah ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan Indonesia yaitu maksimal 50 gram per hari yang terintegrasi dengan smartphone sebagai fitur pengingat batasannya dan juga sebagai cara membiasakan diri untuk hidup sehat. Hal ini dikarenakan batasan konsumsi gula pasir harian yang ada terabaikan karena ketidak tahuan masyarakat Indonesia sendiri tentang itu dan tidak ada alat untuk kontrolnya, hal tersebut dapat berdampak pada kesehatan khususnya Diabetes Mellitus. Diabetes mellitus menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular yang semakin banyak pengidapnya dan Menurut International Diabetes Federation Federation Tahun 2015, Indonesia menempati peringkat ke tujuh untuk prelevansi penderita diabetestertinggi di dunia. Ironisnya, dua pertiga penderitanya tidak tahu mereka memiliki diabetes.

Pada saat menjadi tenant dalam masa pandemi covid-19 ada beberapa kendala yang dihadapi dalam pembuatan IDEMES, salah satunya terkait pengujian etik kedokteran produk yang harus bertemu secara langsung dengan penderita Diabetes Mellitus sampai saat ini belum kami lakukan, solusi dari pihak IBISMA kami dapat melakukan pengujian dengan menggunakan data responden yang bukan dari penderita Diabetes Mellitus namun setelah pandemi berakhir dapat segera dilakukan untuk pengujian ke penderita Diabetes Mellitusnya.

News Coverages

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *